top of page

Surili, Lutung Abu Kalem dan Cuek yang Terancam Punah



BAGI Anda yang pernah mendaki Gunung Merbabu di Boyolali, Jawa Tengah, tentu akan ''disambut'' sang tuan rumah. Prajurit-prajurit kerajaan kera. Entah yang mana rajanya. Rupa mereka sama semua. Anda akan dipalak. Mereka tidak takut pada manusia. Anda melawan, taring tajam akan mengancam.


Perilaku moyet/kera di Merbabu, begitu juga di gunung lain, berubah juga karena ulah para pendaki sendiri. Kera-kera yang di habitatnya biasa mencari makan dari alam berubah menjadi seperti ''preman''. Itu karena godaan berbagai makanan yang dibawa pendaki.


Namun, di antara puluhan --mungkin juga ratusan-- monyet ekor panjang yang menunggu di sepanjang jalur pendakian atau yang mendatangi tenda, ada sejenis kera lain yang lebih kalem dan cuek. Alih-alih mendekati pendaki seperti kera lain, ia justru terkesan tak peduli. Memilih bertengger di batang-batang pohon. Di kejauhan. Mengamati dari sela-sela dahan.


Surili atau lutung abu namanya. Ya, selain kera-kera yang usil dan songong, Gunung Merbabu dikenal sebagai habitat asli surili. Surili merupakan jenis lutung endemik asli Merbabu. Surili memang lebih menghindari interaksi dengan manusia. Menjauhi jalur pendakian yang ramai. Itu berbeda dengan monyet ekor panjang yang malah menyukai keramaian untuk ''memalak'' pendaki.


Surili hanya memakan daun dan buah, sedangkan monyet ekor panjang memakan hampir apa saja yang bisa dimakan. Bagi Anda yang ingin mengintip surili, lokasi yang sering dikunjunginya adalah pos 2 via Selo.


Kalau bisa menemui surili atau lutung abu, kita hanya perlu menikmatinya dari jauh. Jangan ganggu apalagi memburu. Sebab, surili merupakan salah satu primata endemik di Jawa Tengah yang terancam punah karena adanya penurunan populasi di alam. (*)

Comments


bottom of page