top of page

Setigi, Wisata Viral yang Sudah Tak Terurus

Updated: Oct 23

ree

OBJEK wisata Setigi di Desa Sekapuk, Kecamatan Ujungpangkah, Gresik, tidak jauh dari rumaha saya. Tidak lebih dari 10 menit. Tapi, sejak pertama kali main ke sana pada tahun 2019 bersama istri, saya tidak tertarik untuk datang ke sana lagi.


Saat itu masih berjalan penyelesaian pembangunan beberapa fasilitas di tempat itu. Belum sempurna. Meski begitu, Setigi sudah dibuka untuk kunjungan umum.


Saya tidak ingin balik ke sana bukan karena tidak bagus. Cuma masalah selera saja. Bagi orang di luar daerah Sekapuk dan sekitarnya, termasuk desa saya, Setigi mungkin menarik dengan perbukitan kapur berupa ceruk-ceruk seperti gua.


Tapi, bagi orang sekitar, termasuk saya, pemandangan seperti itu sudah biasa kami lihat sejak kecil. Itu sebenarnya area penambangan batu kapur yang sudah berlangsung entah berapa puluh atau ratus tahun yang lalu. Kemudian disulap menjadi objek wisata dengan ditambah spot lain untuk penyempurnaan.


Empat tahun berlalu, saat sudah ada si bocil, keinginan untuk mengajaknya ke Setigi saya munculkan kembali. Semangatnya cuma satu: kami ingin mengajak si bocil ke tempat-tempat yang pernah didatangi ayah-ibunya.


ree

Begitu tiba di Setigi, saya pangling dengan kondisinya. Sepi pengunjung. Rumput liar tumbuh di mana-mana. Area permainannya banyak yang rusak. Dan pujasera yang dulunya rame kini sepi, bahkan terbengkalai. Tidak ada tanda-tanda masih ada aktivitas jual beli di sana.


Perkiraan kami, salah satu faktor sepinya Setigi adalah harga masuk. Per orang dipatok tarif Rp 20.000. Tergolong mahal untuk tempat wisata di desa.


Karena sudah kadung ke sana, kami berusaha menikamati saja. Apalagi si bocil senang bermain di sana. Bermain di taman tepi danau, melatih ketangkasan dengan permainan panjat dinding, dan mencoba ayunan.


Semoga lekas pulih, Setigi. Tapi maaf, kami gak akan kembali lagi. (*)

Comments


bottom of page