Road Trip Sehari ke Gunung Bromo dan Ranu Regulo
- budiawanagus
- Apr 11, 2018
- 3 min read

PERJALANAN ini berawal saat saya bertugas selama tiga bulan di kantor Surabaya. Antara April sampai Juni 2018. Belum genap sebulan di kantor pusat, muncul keinginan untuk traveling. Keinginan itu pun saya tunaikan sebelum tidak ada waktu lagi dan akhirnya kembali ke Jakarta.
Saya pun teringat ada saudara yang masih menjalani studi di Malang. Jadilah saya mengabari dia sekalian mengajaknya road trip pendek-pendek ke Bromo. Dia bersedia. Kami dengan cepat menentukan harinya.
Siang itu saya naik kereta dari Stasiun Gubeng, Surabaya, ke Stasiun Malang. Perjalanan Surabaya–Malang memakan waktu sekitar tiga jam. Sampai Stasiun Malang saudara saya sudah menunggu.
Kami makan dulu dan ngeteh di depan stasiun. Dari sini, kami mempir dulu ke kos saudara. Berniat tancap gas ke Bromo hampir tengah melalui Pasuruan. Berkendara malam hari menyajikan suasana yang berbeda. Indah saat masih di kota. Ngeri-ngeri sedap saat sudah memasuki daerah Bromo. Memasuki daerah seperti hutan dan perkampungan yang sunyi.
Tujuan pertama kami adalah Pos Penanjakan 1 Bromo. Menunggu sunrise. Kami sudah memperhitungkan waktunya. Dari Malang kota ke pos itu kami berkendara santai. Perjalanan kami memakan waktu 3–4 jam.
Motor terus melaju di kegelapan malam. Berkelok-kelok di tikungan, turunan, dan tanjakan di jalanan yang diapit hutan dan tebing. Rasa dingin yang sedari tadi terasa tidak kami hiraukan.
Tepat sebelum terang kami sudah sampai di Pos Penanjakan 1. Di depan gerbang sudah ramai Jeep yang terparkir di pinggir jalan. Padahal, saat itu bukan weekend. Benar saja. Di pos sudah sangat ramai pengunjung dengan tujuan yang sama. Menunggu sunrise.
Pos Penanjakan 1 berada di ketinggian 2.770 mdpl. Lumayan dingin berdiam di ketinggian seperti itu. Sekitar jam setengah enam pagi matahari mulai muncul perlahan dari barisan bukit di kejauhan. Sinarnya menerpa apa saja di bawahnya. Membuat semuanya yang terkena berubah warna menjadi kuning keemasan. Udara menjadi sedikit hangat.
Dua kali ke Bromo, ini pertama kali saya naik ke Pos Penanjakan 1. Pemandangan dari atas sini sungguh menakjubkan. Gunung Bromo yang sesekali mengeluarkan asap tebal dan Gunung Batok yang tenang dikelilingi hamparan pasir serta perbukitan. Ditambah awan dan kabut tipis yang berwarna sedikit kekuningan.
Di balik deretan perbukitan itu, tampak puncak Gunung Semeru berdiri gagah. Sempurna.
Di kawasan Bromo terdapat lima spot yang sempurna untuk menikmati matahari terbit dan lanskap di sekitarnya. Selain Pos Penanjakan 1, ada Pos Penanjakan 2 dengan ketinggian 2.400 mdpl, Pos Dingklik, Bukit Cinta dengan ketinggian 2.680 mdpl, dan Bukit Kingkong dengan ketinggian 2.600 mdpl.
Setelah puas menikmati Bromo dari Penanjakan 1, kami pun turun ke kaldera Bromo. Untuk masuk kawasan Bromo, pelancong dalam negeri seperti kami dikenai Rp 27.000 per orang. Setelah membayar tiket, kami masuk melalui pintu barat dari arah Pasuruan.
Masuk dari Desa Tosari untuk menuju ke lautan pasir terbilang berat. Medan yang kami lewati berat untuk dilalui kendaraan roda empat biasa. Karena jalurnya berupa turunan curam. Dengan naik motor, kami bisa melaluinya dengan nyaman. Jalur ini pemandangannya indah.
Kami tidak berniat mendaki ke pinggir kawah Bromo. Sudah pernah. Kami hanya ingin menyusuri lautan pasir Bromo di antara Jeep-Jeep dan kuda yang lalu lalang. Tentu saja sambil foto-foto.
Selain puncak Bromo, lautan pasir, dan Pura Luhur Poten, pengunjung bisa berfoto di spot yang ramai pengunjung. Yaitu di Bukit Teletubbies. Bukit ini berupa padang sabana yang sangat luas dengan pemandangan hijau sejauh mata memandang. Bukitnya bergelombang sehingga tampak seperti rumah-rumah di serial anak Teletubbies.
Melipir ke Ranu Regulo
Setelah bikin kopi dengan kompor dan nesting yang kami bawa dari kos-kosan, kami berpikir spot mana lagi yang perlu dikunjungi. Spontan saudara saya pun mengajak naik ke Ranupani. Ke pos perizinan pendakian Gunung Semeru.
Dari Bromo, perjalanan ke Ranupani tidak sampai 2 jam. Kami makan dan memesan kopi di warung langganan ketika mendaki Semeru. Kami nongkrong sambil memperhatikan pendaki yang hendak mendaki maupun yang turun. Gabut.
Mungkin tidak banyak yang tahu, di Desa Ranupani, ada spot wisata alternatif selain Danau Ranupani. Namanya Ranu Regulo. Letaknya tidak jauh dari pos SIMAKSI pendakian di dekat Danau Ranupani.
Kami hanya perlu berjalan beberapa menit untuk mencapainya. Motor kami parkir dengan biaya Rp 5.000. Letak Ranu Regulo memang sedikit tersembunyi. Berada di tengah-tengah belantara. Lokasi di sini juga enak untuk kamping.
Sayang, saat itu kami tidak membawa tenda. Jadi, di sana kami hanya tidur barang satu sampai dua jam di selter. Fasilitas penunjang di sini kurang memadai.
Ranu Regulo terletak di ketinggian sekitar 2.200 mdpl. Jadi cuacanya cukup dingin. Warga setempat yang pernah diwawancarai koran Tempo pernah mengatakan bahwa suhu di kawasan danau itu lebih dingin. Suhu minimal yang tercatat pada bagian informasi danau tersebut bisa mencapai -4 derajat Celsius.
Selisih suhu dengan Ranu Pane bisa mencapai 2 derajat. Bahkan, konon katanya, pernah ada yang meninggal karena kram waktu berenang di Ranu Regulo.
Tertarik mencoba nge-camp di Ranu Regulo? (*)
Surabaya–Ranupani, 11 April 2018
Comments