Gunung Andong, Pendakian Kedua Idan
- budiawanagus
- Jan 14, 2024
- 2 min read

SETELAH turun dari Gunung Prau pada November 2023 lalu, Idan sangat bahagia. Nama Gunung Prau pun masuk dalam perbendaharaan kosa katanya yang masih terbatas. Nama itu juga lumayan sering muncul saat ditanya “Idan habis naik gunung apa?”. Unung Au, jawabnya. Maksudanya adalah Gunung Prau. Ya, usianya masih 2 tahun.
Idan juga kadang nyeloteh sendiri, pengen pakai tas, buat naik gunung, katanya. Dia seperti bersemangat dan kayak ngode-ngode supaya diajak naik gunung lagi. Semangatnya mengingatkan saya pada ibunya dulu yang jadi ketagihan setelah saya ajak naik gunung untuk pertama kalinya. Ke Gunung Lawu, meskipun gagal sampai puncak.
Akhirnya, dua bulan kemudian, tepatnya pada 2 Januari 2024, kami bertiga naik gunung lagi. Kali ini kami memilih Gunung Andong di Magelang, Jawa Tengah. Jaraknya kurang lebih 3 jam dari Kebumen.
Gunung Andong tidak terlalu tinggi, “hanya” 1726 mdpl. Kalau berjalan normal, satu atau dua jam juga sudah sampai di puncak. Jadi, pagi itu kami berangkat dari Kebumen, dan sorenya kami memulai pendakian.

Karena harus nuruti Idan yang pengen jalan sendiri, perjalanan kami menjadi semakin lama. Tidak apa-apa. Kami membebaskan Idan untuk memilih jalan atau digendong. Itu juga menjadi salah satu alasan kami memilih gunung yang pendek-pendek dulu. Biar kami bisa mendaki dengan santai tanpa diburu waktu sehingga bisa membebaskan Idan untuk menikmati pendakian dengan keinginannya sendiri. Dengan batas-batas aman tentunya.
Kami mulai mendaki via Basecamp Taruna Jayagiri, Sawit, sekitar jam 3 sore. Dari sini, ada dua jalur yang bisa dipilih. Jalur lama dan jalur baru. Jalur lama sedikit lebih cepat, tetapi sedikit lebih nanjak. Minim bonus.

Sedangkan jalur baru sedikit lebih lama, tapi cukup banyak bonus. Kami tau karena saat turun kami pilih lewat jalur baru. Sambil mbatin, “tau gitu kemarin naik lewat sini aja“. Hehe..
Titik temu dua jalur ini adalah pos 3. Dari yang sebelumnya jalan, gendong, jalan, gendong, dari pos 3 inilah Idan ogak digendong sama sekali. Dia ingin nanjak sendiri sampai ke camp ground dekat puncak.
Sampai di area kamping, kami disambut kabut tebal dan angin kencang. Muncak bisa besok. Yang urgen adalah segera mendirikan tenda. Toh, jarak ke puncak tidak kurang dari 5 menit lagi.
Selagi saya mendirikan tenda, Idan dan Ibunya berteduh di warung di area kamping. Ya, selain terkenal dengan makam sesepuh di puncaknya, ada juga warung di Andong. Konon katanya, warung itu buka setiap hari. Pagi hingga sore. Jadi, kalaupun gak bawa logistik, asal bawa duit, urusan perut dijamin aman.

Sayangnya, warung itu tutup saat kami sampai. Sekitar jam setengah 6. Sudah kesorean. Gak masalah. Kami sudah sangu nasi bungkus dari bawah. Hehe…
Esoknya cuaca Andong cerah. Alhamdulillah. Idan yang baru bangun langsung bersemangat saat kami ajak ke puncak. Dua puncak sekaligus. Puncak Andong 1726 mdpl dan Puncak Alap-Alap 1692 mdpl.
Kami lupa hari itu Sabtu. Yang artinya Andong ramai.
Fokus utama kami tentu saja Idan. Dia sangat menikmati pendakian keduanya. Sama seperti pendakian pertamanya. Bahkan, yang paling ingin dan ngotot ngajak ke Puncak Alap-Alap ya bocah satu ini.
Sebelum turun menjelang siang, kami sempat jajan dulu di warung. Teh, es teh, kopi, gorengan, mie, nasi bungkus, semua tersedia. Rata-rata harganya toleran lah.
Magelang, 12-13 Januari 2024



Comments