Misteri Tenda Goyang di Gunung Gede via Gunung Putri
- budiawanagus
- Sep 5, 2019
- 2 min read
Updated: Oct 7

SAYA baru turun dari Gunung Gede, Bogor. Sebagaimana pendakian-pendakian sebelumnya, pendakian kali ini juga melelahkan. Tapi tentu saja menyenangkan.
Namun, kali ini ada sedikit perbedaan. Sejak pertama kali mendaki pada tahun 2009, saya tidak pernah mengalami kejadian mistis. Baru kali ini saya mengalami suatu hal yang ’’mengganggu’’.
Kami berlima (bersama istri dan tiga teman lain –satu cewek dan dua cowok) mendaki Gunung Gede melalui jalur Gunung Putri. Start sekitar jam 10 pagi. Kami ngetrek santai. Sampai pos 3, jam tangan sudah menunjukkan pukul setengah 5 sore.
Di perjalanan antara pos 3 dan pos 4, hujan tiba-tiba turun. Setelah berjalan sekitar 40 menit, kami berhenti di tanah yang sedikit lapang. Saat itu sudah maghrib. Hujan sudah reda.

Jalur pendakian sudah pasti licin. Sementara waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pos 4 masih sekitar satu setengah jam lagi. Dengan beberapa pertimbangan, kami pun memutuskan untuk mendirikan tenda dan bermalam di sana.
Dua tenda sudah berdiri. Saya berdua bersama istri. Tenda satunya lagi untuk kawan bertiga.
Sekitar jam setengah 8 malam, saya dan istri sudah ganti pakaian bersih. Siap-siap tidur. Saya pun cepat tidur lelap. Maklum, badan sudah capek. Begitu juga istri saya.
Saya berpikir pasti bisa tidur nyenyak. Dan bangun-bangun sudah pagi. Badan segar kembali. Sampai akhirnya ada yang membangunkan saya (saat menulis ini kok saya merinding lagi ya). Seperti ada kelebatan di atas wajah saya. Seketika itu saya terbangun. Saya membuka mata. Di kegelapan itu, saya merasa atap tenda bergoyang-goyang kencang.
’’Tendanya goyang,’’ kata saya lumayan keras. ’’Siapa yang nggoyang!’’ kata saya lagi.
Saya pun menyadari istri saya terbangun karena suara keras saya. Dia bertanya kenapa, saya jawab, ’’Seperti ada yang menggoyang tenda.’’
Saya pun menyalakan headlamp untuk memastikan keadaan. Dalam sorotan cahaya terang, tenda kami terlihat diam dengan tenang. Pun tak ada angin kencang di luar. Tenang-tenang saja.
Saya berusaha menenangkan diri. Headlamp saya matikan lagi. Mengajak istri untuk berusaha tidur kembali. Namun, semalaman itu saya tidak bisa tidur lagi. Bayangan-bayangan random seperti menghantui pikiran saya. Saya baca semua doa dan ayat-ayat yang saya hafal. Namun, kesadaran saya masih utuh meskipun mata saya pejamkan. Tengkuk saya merinding semalaman.

Saya tidak berani melihat jam tangan. Bayangkan kalau sadar waktu itu masih jam 10 atau 11 malam, misalnya. Dan setelah itu tidak bisa tidur lagi semalaman. Pikiran akan semakin kacau. Terus menghitung jam sambil menunggu pagi datang. Dalam ketakutan.
Suara hewan malam sedikit saja atau ranting yang berderit tertiup angin sudah bisa membuat merinding. Karena pada dasarnya saya penakut. Nonton film horor saya ogah-ogahan. Saya tidak berani nonton film Pengabdi Setan yang katanya bagus itu.
Setelah berjam-jam gagal tidur, tenda mulai terang. Mungkin jam 6 pagi. Setelah itu saya mulai terlelap. Tapi tidak lama. Karena jam 7 sekian saya harus bangun. Siap-siap, masak-masak. Ngopi-ngopi. Packing kembali untuk melanjutkan pendakian. (*)
Gede via Jalur Gunung Putri, 28 Agustus 2019



Comments