Main ke Gereja Ayam Rhema, Tapi Bukan Rangga dan Cinta
- budiawanagus
- Nov 25, 2016
- 2 min read

GEREJA Ayam di Bukit Rhema, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, populer setelah muncul dalam salah satu adegan film Ada Apa dengan Cinta 2 pada April 2016. Sejak saat itu, hampir semua agen tur & travel tujuan Jogjakarta memasukkan gereja itu dalam daftar paket kunjungan.
Pada bulan November di tahun yang sama, saya ditunjuk kantor untuk melakukan kerja sama liputan ke Jogja bersama beberapa media lain di Jakarta. Di sela-sela kerja liputan, ada acara bebas atau jalan-jalan. Salah satu yang dikunjungi adalah Gereja Ayam Rhema.
Gereja Ayam adalah sebuah tempat doa umat Kristen. Bangunan ini populer disebut Gereja Ayam karena bentuk kepalanya menyerupai ayam. Meskipun perancangnya, Daniel Alamsyah, menegaskan bahwa bentuknya sebenarnya adalah burung merpati sebagai simbol perdamaian dan doa bagi segala bangsa.
Bangunan ini mulai digagas pada awal tahun 1990-an dan kini dikenal sebagai salah satu destinasi wisata religi dan wisata alternatif di kawasan Bukit Rhema, tidak jauh dari Candi Borobudur. Jika langit cerah, Candi Borobudur bisa dilihat dari puncak gereja.

Pembangunan Gereja Ayam berawal dari pengalaman rohani Daniel, pengusaha asal Jakarta, yang mengaku mendapat panggilan doa saat berkunjung ke Bukit Rhema pada tahun 1988. Dalam doanya, dia merasa menerima wahyu untuk mendirikan sebuah tempat doa yang terbuka untuk segala bangsa tanpa membedakan latar belakang suku, agama, maupun golongan.
Pembangunan dimulai pada awal 1990-an. Proses pembangunan sempat terhenti pada akhir 1990-an karena keterbatasan dana. Meski demikian, seiring berjalannya waktu, kawasan ini kembali dibuka untuk umum, dan mulai berkembang menjadi tempat doa, wisata edukasi, sekaligus pusat pemberdayaan masyarakat lokal.
Gereja Ayam terletak di Bukit Rhema, sekitar 3 km dari Candi Borobudur. Lokasi ini berada di dua desa, yaitu Karangrejo dan Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, Magelang.
Akses menuju Gereja Ayam dapat ditempuh melalui jalur darat dengan kendaraan pribadi atau transportasi lokal dari kawasan wisata Borobudur. Pengunjung biasanya harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki atau menggunakan shuttle lokal karena letaknya di perbukitan. (*)



Comments