Kawah Sikidang, Loncat-Loncat Bagai Kijang
- budiawanagus
- Mar 13, 2020
- 2 min read

TURUN dari Gunung Kembang, rasanya sayang sekali kalau tidak sekalian bertandang ke Dieng. Jaraknya tidak lebih dari satu jam. Di Dieng, sangat banyak destinasi wisata yang bisa dikunjungi. Tidak habis dalam sehari.
Salah satu tempat wisata yang kami datangi bersama kawan-kawan adalah Kawah Sikidang. Lokasinya hanya berjarak 10 menit dengan naik mobil dari homestay tempat kami menginap.
Kawah Sikidang berada di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara. Kawah ini dipercaya selalu berpindah-pindah tempat. Konon, pemberian nama Sikidang berasal dari karakter kawah di mana letupan-letupan lumpur panas selalu berpindah-pindah. Seperti melompat-lompat.
Kawah Sikidang masih aktif dan mengeluarkan gas, uap air, dan material vulkanis lainnya. Meski begitu, lokasi ini cukup aman untuk dikunjungi karena kadar belerangnya rendah.
Di kawah ini, ada satu kawah besar dengan suhu 80-90 derajat Celsius. Selain itu, terdapat juga kawah-kawah kecil di sekitarnya. Di dekat kawah besar tersebut, ada penjual telur rebus. Uniknya, telur itu direbus langsung dari kawah itu. Sebagaimana objek wisata lain, di Kawah Sikidang juga banyak spot berfoto. Ada juga wahana motorcross.
Selain fakta ilmiah, objek wisata ini juga diselimuti mitos dan legenda. Yaitu kisah mengenai Pangeran Kidang dan Anak Gimbal.
Zaman dulu kala, di sekitar kawasan Dieng, hiduplah gadis cantik bernama Shinta Dewi. Kabar tentang kecantikannya tersebar ke penjuru daerah. Sehingga banyak pemuda yang ingin meminangnya menjadi istri. Namun, tidak ada yang berhasil meminangnya karena maskawin yang disyaratkan tidak murah.
Kidang Garungan pun mendengar kisah tentang Shinta Dewi itu. Pria kaya itu akhirnya mengutus pengawalnya untuk menyampaikan lamarannya kepada Shinta Dewi. Dia pun menerima pinangan Kidang Garungan yang menyanggupi syaratnya.
Tetapi, Shinta Dewi sangat terkejut ketika melihat perwujudan Pangeran Kidang. Dia memiliki wujud seperti manusia, tetapi berkepala Kijang (Kidang) atau rusa. Shinta Dewi pun mencari akal untuk membatalkan lamaran sang pangeran.
Ada persyaratan tambahan yang diminta Shinta Dewi. Berat. Pangeran Kidang harus membuat sumur besar karena masyarakat sekitar sangat kesulitan mendapatkan air. Sang pangeran harus membuatnya sendiri dalam satu hari. Pangeran pun menyanggupinya.
Karena khawatir sang pangeran berhasil menyelesaikan sumur itu, Shinta Dewi lalu meminta pengawal dan dayang-dayangnya menimbun sumur beserta sang pangeran di dalamnya. Amarah sang pangeran membuncah. Amarah itulah, sumur itu kemudian membentuk sebuah kawah yang saat ini diberi nama Kawah Sikidang.
Kidang Garungan tewas. Sebelum mengembuskan napas terakhir, dia bersumpah bahwa seluruh keturunan Shinta Dewi akan berambut gembel (gimbal). (*)
Dieng, 14 Maret 2020
Comments