top of page

Kamping Merinding di Pulau Tidung Kecil



SETELAH tiga tahun tinggal di Jakarta, hati saya baru tergerak untuk berwisata ke Kepulauan Seribu. Padahal, sudah sejak lama saya punya mimpi untuk menginjakkan kaki setidaknya di beberapa pulau di antara gugusan pulau-pulau itu. Keinginan itu terpendam sejak saya masih kuliah di Surabaya.


Tujuan pertama saya adalah Pulau Tidung. Apalagi di sana ada area untuk kamping. Saya ingin bermalam di sana. Menuju Pulau Tidung dari dataran Jakarta bisa ditempuh melalui beberapa dermaga. Saya memilih Dermaga Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara.


Tiket untuk menuju Pulau Tidung seharga Rp 50 ribu per orang dengan speed boat. Berarti saya perlu mengeluarkan Rp 100.000 untuk sekali perjalanan berdua. Saya ajak saudara saya yang sengaja datang dari Surabaya untuk berwisata ke sana.


Perjalanan bisa ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam. Kapal sesekali berhenti di tengah laut karena baling-baling mesin tersangkut sampah. Ya, jangan tanya, laut Jakarta memang seperti tempat sampah.


Sebagai salah satu tujuan wisata, Pulau Tidung memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Mengingat pulau ini memang berpenghuni sehingga banyak warga yang menyewakan homestay dan sepeda. Tapi, bagi Anda yang suka kamping seperti saya, bisa membawa tenda sendiri.


Andalan utama pulau ini adalah Jembatan Cinta. Selain indah, jembatan ini memiliki mitosnya sendiri, boleh percaya boleh tidak. Yang pasti bisa dipercaya adalah, jembatannya memang indah. Wisata lain di pulau ini adalah banana boat dan snorkeling. Tapi, kalau mau yang hemat biaya, mandi saja di pantai atau ngopi di warung yang banyak tersedia. Hehehe…


Karena memang niat traveling murah, saya pun membawa tenda untuk bermalam di Pulau Tidung. Ada beberapa pilihan tempat untuk ngekamp. Pertama, Pulau Tidung Kecil. Pulau ini berdekatan dengan Pulau Tidung utama yang dihubungkan oleh Jembatan Cinta.


Karena bukan permukiman warga, Tidung Kecil gelap gulita ketika malam. Kalau memang ingin mendirikan tenda di sana, bulatkan tekad dan keberanian. Karena hampir tidak ada yang mendirikan tenda di sana, ditambah pepohonan yang rindang.


Namun, setelah pulang, saya baru tahu kalau lokasi ngekamp kami salah. Kami mendirikan tenda di tepi pulau dekat ujung jembatan. Di sana ada bangunan kayu seperti bekas warung. Nah, lokasi untuk mendirikan tenda sebenarnya masih agak jauh masuk ke pulau. Tidak jauh dari lokasi konservasi penyu dan museum kerangka paus susu.


Saat itu kami ngekamp di tempat yang salah. Gelap dan membuat bulu kuduk berdiri. Ditambah gerimis pula. Karena itu, saya dan saudara pun sepakat untuk membongkar tenda malam-malam dan kembali nyeberang ke Tidung Besar.


Kami akhirnya mencari tempat yang lebih aman. Kami mendirikan tenda di balai SAR di dekat Jembatan Cinta. Hehe… Agar aman dari hujan. Karena tenda saya murah, gerimis saja sudah bocor. Kalau malam lokasi itu memang sepi. Tutup semua. Kami bisa tidur dengan nyaman dan pulang esok paginya. (*)


Jakarta, 2016

Comentários


bottom of page