JELAJAH JOGJA: Taman Sari, Istana Pemandian Istri Raja
- budiawanagus
- Jan 15, 2018
- 6 min read

SELAMA empat hari di Jogjakarta, kami punya misi kecil-kecilan: menjelajahi destinasi-destinasi wisata di DIY dan sekitarnya. Yang kami jelajahi adalah objek-objek wisata mainstream. Mulai candi-candi hingga bangunan bersejarah. Dalam waktu tersebut, memang tidak semua bisa kami datangi. Tapi, ini adalah ikhtiar traveling kami untuk mencicil jelajah destinasi wisata Jogja. Pada waktu-waktu ke depan, kami berencana menuntaskannya, tapi sifatnya santai saja. Toh, banyak tempat lain yang juga menunggu untuk dijamah. Sejarah Taman Sari Jogja Taman Sari Yogyakarta atau Taman Sari Keraton Yogyakarta adalah situs bekas taman atau kebun istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Taman ini fungsinya mirip dengan Kebun Raya Bogor sebagai kebun Istana Bogor. Taman Sari dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I (HB I) pada tahun 1758–1765/9. Awalnya, taman berjuluk The Fragrant Garden ini memiliki luas lebih dari 10 hektare dengan sekitar 57 bangunan. Baik berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan beserta pulau buatan dan lorong bawah air. Kebun yang digunakan secara efektif antara 1765–1812. Konon, Taman Sari dibangun di bekas keraton lama, Pesanggrahan Garjitawati, yang didirikan Susuhunan Paku Buwono II sebagai tempat istirahat kereta kuda yang akan pergi ke Imogiri. Proyek pembangunan Taman Sari dipimpin Tumenggung Mangundipuro. Seluruh biayanya ditanggung Bupati Madiun Tumenggung Prawirosentiko beserta seluruh rakyatnya. Meski secara resmi sebagai kebun kerajaan, beberapa bangunan mengindikasikan bahwa Taman Sari juga berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir jika istana diserang musuh. Kompleks Taman Sari dapat dibagi menjadi empat bagian. Bagian Pertama Bagian pertama merupakan bagian utama Taman Sari pada masanya. Dulu, tempat ini merupakan tempat yang paling eksotis. Bagian ini terdiri dari danau buatan yang disebut Segaran (laut buatan) serta bangunan di tengahnya. Ada pula bangunan serta taman dan kebun di sekitar danau. Selain untuk memelihara ikan, Segaran juga difungsikan sebagai tempat bersampan sultan dan keluarga kerajaan. Sekarang danau buatan ini menjadi permukiman padat yang dikenal dengan Kampung Taman. Pulo Kenongo Di tengah-tengah Segaran, terdapat pulau buatan Pulo Kenongo yang ditanami pohon kenanga. Di atas pulau itu didirikan Gedhong Kenongo berlantai dua. Konon, Gedhong Kenongo terdiri atas beberapa ruangan dengan fungsi berbeda. Dari jauh, gedung ini seperti mengambang di atas air. Karena itu, Taman Sari kemudian dijuluki sebagai Istana Air (Water Castle). Kini, gedung ini hanya menyisakan puing-puing. Pulo Cemethi dan Sumur Gumuling Di sebelah selatan Pulo Kenongo, ada pulau buatan lagi yang disebut Pulo Cemethi. Bangunan berlantai dua ini juga disebut sebagai Pulo Panembung. Di tempat inilah konon sultan bermeditasi. Ada juga yang menyebutnya Sumur Gumantung. Sebab, di sebelah selatannya terdapat sumur yang menggantung di atas permukaan tanah. Untuk sampai ke tempat ini, konon caranya adalah melalui terowongan bawah air. Saat ini, bangunan tersebut sedang direnovasi. Sementara itu, di sebelah barat Pulo Kenongo, ada bangunan berbentuk lingkaran seperti cincin yang disebut Sumur Gumuling. Bangunan berlantai dua ini hanya dapat dimasuki melalui terowongan bawah air. Sumur Gumuling pada masanya juga difungsikan sebagai masjid. Di kedua lantainya ditemukan ceruk di dinding yang konon digunakan sebagai mihrab, tempat imam memimpin salat. Di bagian tengah bangunan yang terbuka, terdapat empat buah jenjang naik dan bertemu di bagian tengah. Dari pertemuan keempat jenjang tersebut terdapat satu jenjang lagi yang menuju lantai dua. Di bawah pertemuan empat jenjang tersebut terdapat kolam kecil yang konon digunakan untuk berwudu. Bagian Kedua Bagian kedua terletak di sebelah selatan danau buatan Segaran. Ini merupakan bagian yang relatif paling utuh. Bagian yang tetap terpelihara adalah bangunan. Taman dan kebun tidak tersisa lagi. Sekarang bagian ini merupakan bagian utama yang banyak dikunjungi wisatawan. Gedhong Gapura Hageng Ini merupakan pintu gerbang utama taman raja-raja pada zamannya. Kala itu, Taman Sari menghadap ke barat. Gerbang ini terdapat di bagian paling barat dari situs istana air yang tersisa. Gerbang yang mempunyai beberapa ruang dan dua jenjang ini berhias relief burung dan bunga-bungaan yang menunjukkan tahun selesainya pembangunan Taman Sari pada tahun 1691 Jawa (kira-kira tahun 1765 Masehi). Gedhong Lopak-Lopak Di sebelah timur gerbang utama kuno Taman Sari, terdapat halaman persegi delapan. Dulu, di tengah halaman ini, berdiri menara berlantai dua bernama Gedhong Lopak-Lopak. Per Januari 2008, gedung ini sudah tidak ada lagi. Di halaman ini hanya tersisa deretan pot bunga raksasa serta pintu-pintu yang menghubungkan tempat ini dengan tempat lain. Pintu di sisi timur halaman persegi delapan tersebut merupakan salah satu gerbang menuju Umbul Binangun. Umbul Pasiraman Umbul Pasiraman atau Umbul Binangun (baca: Umbul Winangun) merupakan kolam pemandian bagi sultan, permaisuri, para istri (garwo ampil), serta para putri raja. Kompleks ini dikelilingi tembok yang tinggi. Di kompleks Umbul Pasiraman, terdapat tiga kolam yang dihiasi dengan mata air yang berbentuk jamur. Di sekeliling kolam terdapat pot bunga raksasa. Di sisi paling utara, ada bangunan untuk istirahat dan berganti pakaian bagi para putri dan istri (selir). Di sebelah selatannya, terdapat kolam bernama Umbul Muncar. Sebuah jalan mirip dermaga menjadi batas antara kolam ini dengan kolam di selatannya yang disebut Blumbang Kuras. Di selatan Blumbang Kuras, terdapat bangunan dengan menara di bagian tengahnya. Bangunan sayap barat merupakan tempat berganti pakaian dan sayap timur untuk istirahat sultan. Menara di bagian tengah, konon digunakan sultan untuk melihat istri dan puterinya yang sedang mandi. Di selatan bangunan tersebut, terdapat sebuah kolam yang disebut dengan Umbul Binangun, sebuah kolam pemandian yang dikhususkan untuk sultan dan permaisurinya. Gedhong Sekawan Di timur Umbul Pasiraman, ada halaman persegi delapan yang dihiasi deretan pot bunga raksasa. Di sini, berdiri empat bangunan yang serupa. Bangunan ini bernama Gedhong Sekawan. Tempat ini digunakan sultan dan keluarganya untuk beristirahat. Di setiap sisi halaman, terdapat pintu yang menghubungkan dengan halaman lain. Gedhong Gapuro Panggung Di sebelah timur halaman persegi delapan tersebut, terdapat bangunan bernama Gedhong Gapura Panggung. Bangunan ini memiliki empat jenjang, dua di sisi barat dan dua di sisi timur. Dulu, di bangunan ini, terdapat empat patung naga. Namun, sekarang hanya tersisa dua patung. Gedhong Gapura Panggung melambangkan tahun dibangunnya Taman Sari, yaitu tahun 1684 Jawa (kira-kira tahun 1758 Masehi). Sisi timur bangunan ini sekarang menjadi pintu masuk situs Taman Sari. Gedhong Temanten Di tenggara dan timur laut Gedhong Gapuro Panggung, terdapat bangunan yang disebut Gedhong Temanten. Dulu, bangunan ini digunakan sebagai tempat penjaga keamanan bertugas dan tempat istirahat. Menurut sebuah rekonstruksi Taman Sari, di selatan bangunan ini, terdapat bangunan lagi yang sekarang tidak ada bekasnya. Sedangkan di sisi utaranya terdapat kebun yang juga telah berubah menjadi permukiman penduduk. Bagian Ketiga Bagian ini tidak banyak meninggalkan bekas yang dapat dilihat. Karena itu, deskripsi di bagian ini sebagian besar berasal dari rekonstruksi. Dulu, bagian ini meliputi Kompleks Pasarean Dalem Ledok Sari dan Kompleks Kolam Garjitawati serta beberapa bangunan lain dan taman. Pasarean Dalem Ledok Sari merupakan sisa dari bagian ini yang tetap terjaga. Kono, pasarean ini merupakan tempat tidur sultan bersama pemaisurinya. Versi lain mengatakan sebagai tempat meditasi. Bangunannya berbentuk seperti huruf U. Di tengah bangunan, terdapat tempat tidur sultan yang di bawahnya mengalir aliran air. Di sebelah baratnya, dulu terdapat Kompleks Kolam Garjitawati. Jika hal itu benar, kompleks ini merupakan sisa pesanggrahan Garjitawati dan kemungkinan besar juga merupakan Umbul Pacethokan yang pernah digunakan Panembahan Senopati. Bagian Keempat Bagian terakhir ini merupakan bagian Taman Sari yang praktis tidak tersisa lagi kecuali bekas jembatan gantung dan sisa dermaga. Deskripsi di bagian ini hampir seluruhnya merupakan hasil rekonstruksi sketsa serangan pasukan Inggris ke Keraton Yogyakarta pada tahun 1812. Bagian ini terdiri atas danau buatan beserta bangunan di tengahnya, taman di sekitar danau buatan, kanal besar yang menghubungkan danau buatan ini dengan danau buatan di bagian pertama, serta kebun. Danau buatan terletak di sebelah tenggara kompleks Magangan sampai timur laut Siti Hinggil Kidul. Di tengahnya terdapat pulau buatan yang konon disebut Pulo Kinupeng. Di atas pulau tersebut, berdiri bangunan yang konon disebut Gedhong Gading. Bangunan yang menjulang tinggi ini disebut sebagai menara kota (Cittadel Tower). Kanal besar terdapat di sisi barat laut dari danau buatan dan memanjang ke arah barat serta berakhir di sisi tenggara danau buatan di bagian pertama. Di kanal ini, terdapat dua penyempitan yang diduga keras merupakan letak jembatan gantung. Salah satu jembatan tersebut berada di jalan yang menghubungkan kompleks Magangan dengan Kamandhungan Kidul. Bekas-bekas dari jembatan ini masih dapat disaksikan walaupun jembatannya telah lenyap. Di sebelah barat jembatan gantung, terdapat dermaga. Dermaga ini konon digunakan sultan sebagai titik awal perjalanan masuk Taman Sari. Konon, sultan masuk ke Taman Sari dengan bersampan. Di sebelah selatan kanal terdapat kebun. Kebun ini berlokasi di sebelah barat kompleks Kamandhungan Kidul dan Siti Hinggil Kidul. Kini, semua tempat itu telah menjadi permukiman penduduk. Kebunnya telah berubah menjadi Kampung Ngadisuryan, sedangkan danau buatan berubah menjadi Kampung Segaran. Mitos Ada mitos yang beredar di masyarakat Yogyakarta bahwa konon katanya lorong di Taman Sari bisa tembus sampai pantai selatan. Ada dua lorong bawah tanah di kawasan Taman Sari. Urung-Urung Timur dan Urung-Urung Sumur Gumuling. Lorong timur sepanjang 45 meter menghubungkan Pulo Panembung dan Pulo Kenanga. Sedangkan Urung-Urung Sumur Gumuling memiliki panjang 39 meter. Di bagian yang hampir mencapai ujung lorong, ada mata air bernama Sumur Gumuling yang dikelilingi lima anak tangga. Tepat di atas mata air ini adalah masjid bawah tanah. Konon, menurut cerita turun-temurun, Lorong Sumur Gumuling dapat tembus hingga ke pantai laut selatan. Bahkan mitos lainnya menyebutkan bahwa Sumur Gumuling adalah tempat pertemuan Ratu Pantai Selatan atau Nyi Roro Kidul dengan Sultan Yogyakarta. Sedangkan, menurut salah seorang pengawas Taman Sari (yang diwawancarai detik.com) mengatakan, Sri Sultan Hamengkubuwono I membangun keraton dalam satu sumbu lurus imajiner, yang terhubung dengan Gunung Merapi dan Pantai Parangtritis. Sultan berharap ketiganya dapat bersinergi. Lokasi dan Tiket Secara administrasi, Kampung Wisata Taman Sari berada di Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta. Untuk tiket masuk Taman Sari dikenai Rp 5.000. Kalau membawa kamera profesional, ada biaya tiket kamera sekitar Rp 2.000. Untuk tarif parkir kendaraan Rp 2 000 untuk motor, dan Rp 5.000 untuk mobil. Harga tiket masuk dan lainnya dapat berubah sewaktu-waktu. Kawasan wisata ini buka setiap hari mulai pukul 09.00–15.00 WIB. (*)
Jogja, 12-16 Februari 2018
Comments