top of page

JELAJAH JOGJA: Candi Mendut, Tempat Siddharta Gautama Mencapai Penerangan Sempurna



SELAMA empat hari di Jogjakarta, kami punya misi kecil-kecilan: menjelajahi destinasi-destinasi wisata di DIY dan sekitarnya. Yang kami jelajahi adalah objek-objek wisata mainstream. Mulai candi-candi hingga bangunan bersejarah.

Dalam waktu tersebut, memang tidak semua bisa kami datangi. Tapi, ini adalah ikhtiar traveling kami untuk mencicil jelajah destinasi wisata Jogja.

Pada waktu-waktu ke depan, kami berencana menuntaskannya, tapi sifatnya santai saja. Toh, banyak tempat lain yang juga menunggu untuk dijamah.

Candi Mendut

Candi Mendut adalah candi bercorak Buddha. Candi ini didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra.

Dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama wenuwana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeolog Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.


Bahan bangunan candi sebenarnya adalah batu bata yang ditutupi dengan batu alam. Bangunan ini terletak di sebuah basement yang tinggi sehingga tampak lebih anggun dan kukuh.


Tangga naik dan pintu masuk menghadap ke barat-daya. Di atas basement terdapat lorong yang mengelilingi tubuh candi. Atapnya bertingkat tiga dan dihiasi dengan stupa-stupa kecil. Jumlah stupa-stupa kecil yang terpasang sekarang adalah 48 buah.


Tinggi bangunan ini adalah 26,4 meter.

Relief dan Hiasan

Candi Mendut memiliki hiasan berselang-seling. Dihiasi ukiran makhluk-makhluk kayangan berupa dewata gandarwa dan apsara atau bidadari, dua kera, dan seekor garuda.


Dia dua sisi tangga, terdapat relief-relief cerita Pancatantra dan jataka.


Dinding candi dihiasi relief Boddhisatwa, di antaranya Awalokiteśwara, Maitreya, Wajrapāṇi dan Manjuśri. Pada dinding tubuh candi terdapat relief kalpataru, dua bidadari, Harītī (seorang yaksi yang bertobat dan lalu mengikuti Buddha), dan Āţawaka.


Di dalam candi induk, terdapat arca Buddha besar berjumlah tiga, yaitu Dhyani Buddha Wairocana dengan sikap tangan (mudra) dharmacakramudra. Di depan arca Buddha, terdapat relief berbentuk roda dan diapit sepasang rusa, lambang Buddha. Di sebelah kiri, terdapat arca Awalokiteśwara (Padmapāņi) dan sebelah kanan arca Wajrapāņi.

Jika diperinci, candi ini memiliki empat bagian relief. Relief 1 (brahmana dan seekor kepiting) dan relief 2 (angsa dan kura-kura) merupakan cerita hewan atau fabel yang dikenal dari Pancatantra atau jataka.


Relief 3 (Dharmabuddhi dan Dustabuddhi) bercerita mengenai dua sahabat anak para saudagar. Suatu hari Dharmabuddhi menemukan uang dan bercerita kepada kawannya, Dustabuddhi. Lalu mereka berdua menyembunyikan uang ini di bawah sebuah pohon.


Setiap kali mereka membutuhkan uang, Dharmabuddhi mengambil sebagian dan membagi secara adil. Tapi, Dustabuddhi tidak puas dan suatu hari mengambil semua uang yang tersisa. Ia lalu menuduh Dharmabuddhi dan menyeretnya ke pengadilan. Tetapi, akhirnya Dustabuddhi ketahuan dan dihukum.

Dan relief 4 (Dua burung betet yang berbeda) melukiskan cerita dua burung betet bersaudara, namun berbeda kelakuannya. Yang satu dididik seorang penyamun, sedangkan yang satu dididik seorang pendeta.

Di halaman candi ini, ada pohon Bodhi besar yang tumbuh dengan gagahnya. Umat Buddha meyakini pohon ini merupakan tempat Siddharta Gautama mencapai penerangan sempurna. Candi Mendut memiliki peran yang sangat penting bagi umat Buddha, terutama pada saat perayaan Waisak. Rangkaian upacara Waisak selalu dimulai dari candi ini saat purnama.

Wihara Buddha Mendut

Persis di sebelah Candi Mendut, terdapat Wihara Buddha Mendut. Wihara ini dulunya adalah biara Katholik yang kemudian tanahnya dibagi-bagi kepada rakyat pada tahun 1950-an.

Lalu, tanah-tanah rakyat ini dibeli sebuah yayasan Buddha dan di atasnya dibangun wihara. Dalam wihara ini, terdapat asrama, tempat ibadah, taman, dan beberapa patung Buddha. Beberapa di antaranya merupakan sumbangan dari Jepang.

Legenda

Candi Mendut sangat terkenal dengan kisah Roro Mendut. Roro Mendut adalah perempuan dari dusun yang mempunyai wajah cantik jelita. Nasibnya kurang bagus. Dia dijadikan selir oleh Adipati Pragola, seorang penguasa di Kerajaan Pati.


Kemudian, Kerajaan Mataram melalui sultan agung menyerang Kerajaan Pati hingga hancur. Roro Mendut pun dibawa sultan agung ke Kerajaan Mataram.


Awalnya, Roro Mendut ingin dipersunting Tumenggung Wiroguno. Tetapi, karena beliau sudah tua, Roro Mendut pun tak mau dan meminta agar bisa bekerja untuk menebus dirinya dari Wiroguno.


Seiring dengan berjalannya waktu, Roro Mendut pun bertemu dengan seorang lelaki yang mencintainya dan begitu pula dengan dirinya. Namun, hubungan asmara tersebut diketahui Tumenggung Wiroguno hingga akhirnya mereka pun dibunuh. Konon, mayat mereka dijadikan candi yang saat ini berdiri kukuh, yaitu Candi Mendut.


Lokasi dan Tiket


Candi Mendut terletak di Jalan Mayor Kusen Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Letaknya berada sekitar 3 kilometer dari Candi Borobudur.


Candi ini buka setiap hari mulai pukul 07.00–18.00 WIB. Harga tiket masuk candi ini sebesar Rp 5.000. Untuk parkir, tarifnya berdeda. Yakni, motor Rp 5.000 dan mobil Rp 10.000. (*)


Jogja, 12-16 Februari 2018

Comments


bottom of page