top of page

Bukit Skuter, Spot Lain di Dieng untuk Menikmati Sunrise dan Sunset



SAAT ingin pergi ke Dieng dan mencari referensi spot-spot terbaik melalui internet, maka Bukit Skuter (kadang ditulis Scooter) akan masuk dalam daftar tempat yang direkomendasikan. Bukit Skuter memang bukan spot primadona seperti Bukit Sikunir. Namun, keindahannya tak kalah memesona.


Bukit Skuter atau biasa dikenal dengan nama Bukit Sidengkeng, kalau tidak salah, mulai diperkenalkan kepada wisatawan saat Dieng Culture Festival (DCF) VII/2016.


Bukit itu berada di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur. Tidak jauh dari homestay tempat kami menginap. Lokasinya juga tidak jauh dari base camp pendakian Gunung Prau via Candi Dwarawati.


Kami tidak sedang berburu sunrise, jadi kami nanjak ke Skuter saat matahari pagi mulai tinggi. Bareng sama petani setempat yang pergi ke ladang. Bukit Skuter memang berada di antara ladang sayur warga.


Kami nanjak ke Bukit Skuter dengan motor matik. Ada sedikit tantangan di sana. Kami harus melalui jalan yang menanjak tajam. Lebih ngeri kalau pas turun. Pastikan rem pakem dan prima. Kalau sampai rem blong, sudah pasti motor akan menggelinding kencang. Tak bisa dikendalikan. Akibatnya ngeri untuk dibayangkan.


Gas motor matik tidak mampu mengangkat motor jika dinaiki dua orang. Jadi, istri harus turun dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan. Jalannya tidak panjang memang. Tapi cukup menantang. Sebenarnya gampang-gampang susah untuk menemukan spot ini. Penunjuk namanya juga hanya berupa papan kayu kecil yang dipasang di pohon. Tertutup dahan sehingga sulit ditemukan.


Kami perlu bertanya kepada petani setempat untuk bisa menemukannya. Lokasinya tidak tampak seperti spot wisata. Tidak ada tempat parkir khusus untuk kendaraan. Motor kami parkir di tepi jalan berdebu. Kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan sedikit menanjak di antara ladang-ladang warga. Menyusuri jalan kecil yang di kanan dan kirinya ditumbuhi rimbun pepohonan.


Tidak sampai lima menit, kami sudah sampai. Ternyata spot Bukit Skuter tidak terlalu luas. Tidak lebih luas dari lapangan basket. Tapi sedikit agak luas dari lapangan badminton. Sisanya adalah hamparan perkebunan warga.


Di sana juga terdapat kubangan yang terbuat dari terpal seperti danau buatan. Sudah tidak ada airnya. Entah itu awalnya bagian dari wisata atau tempat penampungan air warga.


Ada juga satu gardu pandang kecil yang hanya cukup untuk dua hingga tiga orang. Untuk spot berfoto. Untuk menikmati lanskap perkampungan warga di bawahnya dan perbukitan di sekelilingnya. Indah memang.


Saat itu yang datang ke sana hanya kami berdua dan sepasang muda-mudi. Hanya empat orang.


Wajah Bukit Skuter tidak sama seperti apa yang saya lihat di Google Images. Bagus-bagus. Karena saat kami datang, bukit itu ternyata sudah terbengkalai. Tidak diurus. Mungkin karena tidak mendatangkan profit seperti yang diharapkan.


Tidak banyak hal yang bisa kami eksplor di sana. Angin pagi itu juga bertiup kencang. Dingin. Kami tidak berlama-lama di sana. Kami kembali turun, mencari sarapan. (*)


Dieng, 19 September 2020

10 views0 comments
bottom of page