top of page

Bukit Sikunir, Spot Sempurna untuk Menikmati Golden Sunrise

ree

KEINGINAN untuk traveling kadang bisa muncul dengan tiba-tiba. Dan seringnya, kalau sudah muncul keinginan seperti itu, saya berangkat. Kali ini saya tidak ingin mendaki gunung. Yang pendek-pendek saja. Bukit. Tujuan saya adalah Bukit Sikunir di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah.


Karena nggak asyik traveling sendiri, saya menghubungi saudara saya yang tinggal di Surabaya. Saya ajak dia menjelajahi Dieng barang beberapa hari. Dia mengiyakan. Saya pun cuti kerja. Begitu juga dia. Awal bulan Februari itu kami menentukan tanggal.


Saya berangkat dari Stasiun Senen, Jakarta Pusat. Sedangkan saudara saya bertolak dari Stasiun Gubeng, Surabaya. Kami janjian bertemu di Stasiun Lempuyangan, Jogjakarta.


Setelah delapan jam perjalanan Jakarta–Jogja, saya akhirnya berjumpa saudara saya. Waktu perjalanan Surabaya-Jogja terpaut sekitar dua jam dengan Jakarta–Jogja. Dia sudah saya minta bawa tenda dari Surabaya. Kami akan nge-camp karena kalau menyewa homestay perlu mengeluarkan uang lebih.


Kami tidak langsung berangkat ke Dieng, tapi mampir dulu ke kos-kosan teman saudara saya yang kebetulan studi di Jogja. Dia sebelumnya sudah bilang mau minjam motor temannya itu. Kami ke Dieng naik motor berdua.


Setelah istirahat, sore itu juga kami tancap gas. Estimasi waktu perjalanan Jogja–Wonosobo adalah sekitar tiga jam. Kami mengaspal dengan bermodal Google Maps. Di perjalanan sesekali mampir ngopi dan makan di angkringan. Hujan kadang deras, kadang berhenti.


Tiga jam berlalu. Tapi, belum ada tanda-tanda kami masuk kawasan Wonosobo. Sinyal naik turun sehingga arahan Google Maps tidak presisi. Kami kesasar. Untuk me-refresh pikiran dan tenaga, kami mampir dulu di angkringan pinggir jalan sekalian tanya jalan menuju Wonosobo kepada bapak penjualnya.


Benar saja kami kesasar. Ternyata perjalanan kami masih kurang dua jam lagi untuk masuk Dieng. Kami salah belok sehingga sedikit menjauh dari arah tujuan kami. Setelah kopi habis, saat hujan belum benar-benar reda, kami melanjutkan perjalanan ke Dieng mengikuti petunjuk bapak pemilik angkringan tadi. Dalam perjalanan, hujan masih turun cukup lebat.


Kurang dari dua jam akhirnya kami sampai di gerbang masuk kawasan Dataran Tinggi Dieng. Pengunjung harus membayar tiket masuk di situ. Tiketnya Rp 10.000 per orang. Tapi, kami belum sampai di tempat tujuan. Kami masih harus naik lagi sekitar 30 menit.


Berhubung hampir tengah malam. Kami memutuskan tidur di dekat loket. Penjaga loket berbaik hati mengizinkan kami tidur di musala dekat situ. Jadi, nggak perlu buka tenda.


ree

Esok paginya, penjelajahan dimulai. Kami baru benar-benar sampai di tujuan kami saat motor melalui gapura bertulisan Kawasan Dieng Plateau. Tujuan kami cukup banyak. Bukit Sikunir, Candi Arjuna, Batu Ratapan Angin, Telaga Warna, Kawah Sikidang, dan Telaga Menjer.


Untuk naik ke Bukit Sikunir, kami harus menunggu esoknya lagi. Karena kami ingin memburu sunrise. Kami mendirikan tenda di tepi Telaga Cebong, Desa Sembungan. Sembungan merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa. Desa itu terletak di ketinggian 2.306 mdpl.


Telaga seluas sekitar 12 hektare itu merupakan bekas kawah purba. Telaga ini berada di kaki Bukit Sikunir. Telaga Cebong terlihat cantik saat disaksikan dari atas bukit.


Malam itu hanya kami yang nge-camp di tepi Telaga Cebong. Fasilitas di sana terbilang lengkap. Mulai tempat parkir, toilet, musala, hingga warung. Telaga ini berada di dekat perkampungan warga.


Jam 04 pagi kami mulai berjalan menanjak ke Bukit Sikunir. Kami melalui jalur setapak di tengah perkampungan. Di sisi kanan dan kiri banyak yang membuka usaha seperti berjualan makanan, aksesori, makanan khas Wonosobo, hingga WC umum. Kami membeli gorengan yang masih hangat untuk dibawa ke puncak bukit. Apalagi kami hanya sarapan mi instan.


Dibutuhkan waktu sekitar 30 menit–1 jam untuk mencapai Bukit Sikunir. Kontur treknya adalah perpaduan jalan setapak dan anak-anak tangga. Di atas sana, kami disuguhi pemandangan berupa gunung-gunung.


ree

Ada Gunung Sindoro yang bersanding dengan Gunung Kembang dan Gunung Sumbing. Tidak jauh dari tiga puncak itu, bisa juga dilihat Gunung Merbabu, Gunung Merapi, dan Gunung Ungaran. Puncak gunung-gunung itu menjulang. Berselimut awan berkabut.


Ya, cuaca saat itu berkabut. Kami tidak mendapatkan golden sunrise Sikunir. Namun, view yang terhampar sudah membuat kami takjub.


Wisatawan yang ingin mendapatkan golden sunrise dengan jelas disarankan untuk datang pada musim kemarau. Antara bulan Juli sampai Oktober. Cuaca jarang mendung pada bulan-bulan itu. Kabut juga tidak terlalu tebal.


Bukit Sikunir memiliki ketinggian 2.463 mdpl. Objek wisata ini baru ramai dikunjungi traveler sekitar tahun 2009. Konon, asal usul nama Bukit Sikunir berasal dari bumbu dapur. Kunir merupakan salah satu jenis rempah. Atau orang modern menyebutnya kunyit.


Alasannya, saat matahari muncul dari balik bukit itu, tempat-tempat di sekitarnya menjadi berwarna kuning sebagaimana warna kunir. (*)


Surabaya–Jogja–Dieng, 16 Januari 2017

Comments


bottom of page