Bercengkerama dengan Rusa di Bumi Ranca
- budiawanagus
- Jul 27, 2024
- 3 min read

SEMAKIN hangat sinar matahari membelai kulit, semakin ramai bumi Ranca Upas. Semakin banyak orang yang berdatangan. Satu per satu tenda berdiri di dekat tenda kami. Bukan satu-satunya lagi tenda di situ.
Kami memulai hari dengan semangat. Terutama si bocil. Apalagi setelah diberi tahu setelah ini kita akan melihat rusa. Ranca Upas memang terkenal dengan rusanya. Fotonya sering berseliweran di media sosial. Rusa di Ranca Upas jadi primadonanya. Ibarat kata, belum afdol kalau ke Ranca Upas gak foto dengan rusanya. Rusa-rusa itu juga biasa diajak untuk foto prewed dengan biaya tertentu.
Area kandang ini dikelilingi pagar yang cukup tinggi. Pintu masuk sekaligus loket tiketnya berada di atas seperti geladak yang seluruhnya terbuat dari kayu. Perlu menaiki beberapa anak tangga untuk mencapainya. Kami membeli tiket masuk dan wortel untuk memberi makan rusa.
Di area kandang sudah cukup banyak pengunjung. Pintu masuk dan area kandang dihubungkan jembatan kayu yang berderit saat diinjak. Tapi masih aman. Demi keamanan, pengunjung dilarang memasuki area kandang terbuka tanpa pendampingan petugas. Diimbau tetap berada di area jembatan saat memberi makan rusa.

Imbauan yang cukup beralasan. Karena rusa-rusa di sana cukup agresif saat melihat wortel-wortel dalam keranjang yang ditenteng pengunjung. Sudah terbiasa. Niat si rusa memang tidak melukai. Tapi kalau sedang mengejar makanannya, rusa tentu gak sadar tanduknya yang runcing dan bercabang-cabang itu bisa saja membahayakan.
Setelah puas memberi makan rusa dari jembatan, saya tertarik untuk mencoba hal lain. Masuk ke kandang rusa. Turun dari jembatan. Sebelum itu saya perlu memastikan ada tidak petugas di area kandang. Ketemu. Di sisi lain kandang, ada petugas yang sibuk memberi makan rusa.
Kami kemudian turun ke kandang. Tapi, gak ada satu pun rusa yang mendekat ke arah kami. Bahkan cenderung menjauh saat coba kami dekati. Terutama rusa-rusa yang masih kecil. Karena kami tidak membawa wortel. Haha…
Jadilah kami ambil wortel yang masih tersisa. Benar saja. Rusa dewasa dengan mahkota tanduknya yang kokoh mengejar kami. Tadinya kami ingin mengambil foto dengan pose memberi makan rusa. Seperti foto-foto di media sosial. Hehe… Tapi, rencana itu urung kami lakukan karena menakar situasinya.

Saat melihat wortel di tangan kami, rusa-rusa dewasa yang awalnya kalem spontan mengeluarkan naluri liarnya. Rusa-rusa bocil juga ikut-ikutan. Mengejar seperti ingin menanduk. Wortel yang masih tersisa kami lempar ke arah rusa secara cuma-cuma sebelum jaraknya semakin dekat. Biarlah kami berfoto dari kejauhan saja.
Kandang Kelinci dan Playground
Selain rusa, ada kandang kelinci di kawasan Ranca Upas. Lagi-lagi yang paling bersemangat adalah si bocil. Dia sampai berkali-kali membeli wortel untuk memberi makan kelinci-kelinci itu sampai kekenyangan. Gak mau makan lagi. Barulah si bocil gak minta beli wortel lagi.
Dia selanjutnya asyik mengejar kelinci. Menggendong hingga menentengnya. Dia bermain seperti tak punya rasa lelah. Tenaga toddler memang oke. Berbeda dengan orang tuanya yang mulai menua dan seret tenaga. Hehehe…
Setelah bosan bermain dengan kelinci, ternyata tenaga si bocil belum juga low batteray. Padahal, napas orang tuanya sudah ngos-ngosan mengimbangi setiap pergerakannya. Apalagi hari mulai siang. Tidak tersisa lagi hawa dingin pagi tadi. Berganti panas yang menyengat.
Spot lain yang ingin dikunjungi bocil adalah area permainan. Tapi, sayang permainannya banyak yang gak terurus. Seperti terbengkalai. Banyak yang rusak dan karatan sehingga tidak aman untuk anak-anak. Padahal masuk area itu harus membeli tiket lagi.
Si bocil tidak lama bermain di area playground. Raut mukanya tampak lelah dan mengantuk. Kami kembali ke tenda dalam kondisi si bocil sudah tertidur lelap di gendongan. Kami beristirahat sambil menunggu si bocil bangun sebelum kembali ke Jakarta. Terima kasih, Ranca Upas.
27 Juli 2024









Comments