Benteng Van Der Wijck Kebumen yang Jadi Lokasi Syuting Film The Raid 2: Berandal
- budiawanagus
- Jan 31, 2020
- 4 min read

MUNGKIN tidak banyak yang tahu bahwa Kota Kebumen, Jawa Tengah, memiliki destinasi wisata yang bisa dibilang lengkap. Selain dikenal dengan wisata andalan berupa pantai, kota di pinggir Pantai Seletan itu juga mempunyai destinasi wisata sejarah.
Saya sendiri baru tahu keberadaan situs atau peninggalan sejarah itu. Bentuknya berupa bangunan klasik dari batu bata. Khas arsitektur kolonial Belanda. Namanya Benteng Van Der Wijck.
Mungkin orang lebih familier dengan nama Kapal Van Der Wijck yang karam di tengah samudra dalam novel Hamka. Nah, Kebumen memiliki bentuk lain dari ’’peninggalan’’ Van Der Wijck yang masih berdiri kukuh hingga kini.
Benteng Van Der Wijck berada di Kecamatan Gombong, Kebumen, Jawa Tengah. Diyakini, Gombong pernah dijadikan pusat kegiatan tentara penjajah Belanda. Itu dibuktikan dengan peninggalan berupa benteng di Jalan Sapta Marga tersebut.
Dari rumah istri di Desa Brecong, Buluspesantren, kami menempuh perjalanan sekitar 45 menit untuk sampai ke Benteng Van Der Wijck. Lokasinya sekitar 20 kilometer sebelah barat dari Ibu Kota Kabupaten Kebumen, 7 kilometer barat Kota Karanganyar, atau 100 kilometer dari Jogjakarta.
Begitu masuk setelah melewati gerbang pemeriksaan tiket, pengunjung masih perlu berjalan beberapa meter untuk mencapai pintu masuk benteng. Namun, ada juga kereta mini yang akan mengantarkan Anda masuk benteng. Tinggal pilih.

Begitu tiba di depan benteng, Anda akan disambut dua meriam dan dua tank di sisi kanan dan kiri benteng. Memasuki lorong masuk, Anda bisa langsung menuju ’’taman terbuka’’ di tengah-tengah benteng. Atau belok ke kiri dan kanan, ke ruangan yang menampilkan sejarah benteng.
Di tengah-tengah benteng yang terbuka itu, berdiri patung kuda lengkap dengan keretanya. Dulunya, di tengah-tengah area itu, terdapat kolam kecil dengan air mancur. Dari situ, Anda bisa masuk benteng melalui pintu mana saja. Pintunya banyak.
Benteng Van Der Wijck merupakan benteng pertahanan Hindia Belanda. Berdasarkan cerita sejarah dari berbagai sumber, benteng ini dibangun pada abad ke-19 atau sekitar tahun 1818. Benteng ini didirikan atas prakarsa Jenderal Van den Bosch.
Dalam versi lain, Benteng Van Der Wijck disebutkan dibangun pada 1844. Sebelum dibangun benteng, gedung ini awalnya merupakan kantor kongsi dagang VOC (Vereenigde Ootindische Compagnie). Karena kekuatan pasukan Pangeran Diponegoro yang berpusat di Bagelen Selatan (sekarang Kota Kebumen) cukup besar, Belanda mendatangkan tentaranya ke Gombong. Mereka kemudian ditempatkan di kantor VOC.
Namun, tahun pembangunan benteng ini terkonfirmasi tahun 1818. Informasi itu dicantumkan pada papan di beberapa sudut benteng. Terutama di bangunan bagian depan.
Nama benteng ini diambil dari Van Der Wijck. Itu kemungkinan nama komandan saat itu. Benteng ini kadang dihubungkan dengan nama Frans David Cochius (1787-1876), jenderal yang bertugas di daerah barat Bagelen. Namanya juga diabadikan menjadi nama Benteng Generaal Cochius.
Benteng Van Der Wijck merupakan benteng persegi delapan satu-satunya di Indonesia. Secara fisik, bangunan ini memiliki luas 3606,625 meter persegi dengan tinggi 9,67 meter. Ditambah cerobong 3,33 meter.
Dalam bangunan melingkar ini, terdapat 16 barak dengan ukuran masing-masing 7,5 x 11,32 meter. Di lantai 1 atau bangunan dasar, ada 27 ruangan kecil dengan 72 jendela dan 63 pintu. Sementara itu, di lantai 2, terdapat 70 pintu penghubung dan 84 jendela.
Ruangan di lantai 1 difungsikan sebagai barak-barak untuk tempat istirahat para tentara Belanda. Selain itu, untuk menyimpan bahan makanan dan amunisi.

Setelah penjajah Belanda diusir dari bumi pertiwi dan Indonesia mendapatkan kemerdekaan, Benteng Van Der Wijck pernah difungsikan untuk tempat melatih tentara Indonesia bentukan Jepang (PETA) sebagai pasukan tambahan untuk menghadapi Sekutu. Di zaman itulah, seluruh tulisan Belanda yang ada di benteng dicat hitam, kemudian dimanfaatkan untuk tentara Indonesia.
Bahkan, semasa KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger), penguasa Orde Baru, Soeharto, menjadi salah satu penghuni benteng ini.
Sejak tahun 1950-1984, benteng ini digunakan untuk barak tentara dan tahun 1984 menjadi tempat tinggal anggota TNI-AD sampai tahun 2000. Namun, sejak 5 Oktober 2000, bangunan ini dikelola pihak swasta, PT Indo Power Makmur Sejahtera, untuk dijadikan objek wisata sejarah.
Setelah diambil alih swasta, kawasan ini dilengkapi dengan area bermain anak. Misalnya, kereta mini, perahu angsa, kincir putar, dan taman bunga. Ada juga water park. Bahkan, stasiun kereta api mini dibangun di bagian atas benteng. Pengunjung bisa menaiki kereta mini itu mengelilingi bagian atas benteng.
Sayang, saat saya berkunjung ke benteng bersama istri pada hari Senin, banyak wahana yang tidak beroperasi. Seperti kolam renang atau water park dan kereta atas benteng. Bahkan, akses untuk menuju atas benteng digembok.
Padahal, dua wahana itu masuk paket tiket masuk Benteng Van Der Wijck. Harganya pun cukup mahal Rp 25.000 per orang. Kalau semua wahana wisata dibuka, harga segitu cukup bersahabat lah.
Ketenaran Benteng Van Der Wijck sebenarnya juga terdengar hingga ke Ibu Kota Jakarta. Buktinya, lokasi ini pernah dikunjungi beberapa artis. Misalnya, Chef Farah Quinn menjadikan benteng ini sebagai lokasi syuting acara masak-masuk di televisi nasional. Grup band legendaris Slank juga pernah perform di benteng ini.
Yang lebih fenomenal, Benteng Van Der Wijck juga menjadi salah satu setting tempat dalam film kenamaan, The Raid 2: Berandal, yang dibintangi Iko Uwais. Dalam sebuah adegan film yang populer di Indonesia dan seluruh dunia pada tahun 2014 itu, ditampilkan pertarungan Rama di dalam penjara.
Diceritakan, Rama menyamar sebagai penjahat dan masuk penjara untuk mendekati Ucok (diperankan Arifin Putra) yang merupakan salah satu anak bos mafia. Pertarungan di dalam penjara itu berlangsung di bawah hujan, berlumpur. Nah, penjara itu mengambil tempat di Benteng Van Der Wijck.
Proses syuting itu diabadikan dalam foto-foto yang dipajang di salah satu ruangan di lantai 1 dekat pintu masuk benteng. Di sisi lain ruangan juga dipajang foto-foto beserta informasi tentang sejarah benteng ini.
Di salah satu ruangan di lantai 2, dipampang foto-foto pahlawan nasional. Di ruangan lain ada pula foto-foto presiden pertama Soekarno hingga presiden saat ini Jokowi beserta wakil-wakilnya.
Fasilitas di Benteng Van Der Wijck cukup lengkap seperti tempat parkir, warung makan, toko, toilet, dan musala. Tak jauh dari benteng, ada juga penginapan dan hotel yang bisa digunakan untuk beristirahat. (*)
Kebumen, 22 Januari 2020
Comments