Hitler Membantai Yahudi karena Cinta
- budiawanagus
- Nov 16, 2013
- 10 min read

Hitler telah melakukan kesalahan terhadap orang-orang Yahudi tapi apa alasan perbuatan tersebut kemudian hanya menjadi misteri? Jika Anda ingin mengetahuinya…
BAGAIMANA kita menjelaskan sikap Hitler terhadap orang Yahudi? Dietrich (1988) panjang lebar mempelajari antisemitisme Hitler dan menyimpulkan bahwa antisemitisme Hitler hanya bagian kecil dari daya tarik populer bagi Jerman. Salah satu alasan mengapa demikian menjadi penting.
Namun, jarang ditekankan fakta bahwa hal itu sama sekali tidak aneh atau bisa dikatakan ketidaksukaan terhadap orang Yahudi sudah biasa dan hampir terjadi di mana saja di dunia dari tahun 1930-an. Hitler hanyalah sosok yang mencuat dengan kebijakan konvensionalnya dan dia tidak melakukannya seorang diri. Fakta yang jelas adalah bahwa bukan hanya Nazi yang melakukan holocaust. Lebih memalukan, seluruh dunia melakukannya. Tetapi, itu tetap di bawah kendali Hitler yang pada umumnya rela membantu mengumpulkan orang-orang Yahudi, sementara seluruh dunia menolak menerima pengungsi Yahudi yang mencoba melarikan diri – seperti nantinya yang dilakukan dunia saat menolak pengungsi Vietnam, Kamboja, dan pengungsi dari tempat lainnya.
Perlakuan rasial kini diakui secara universal dalam buku teks psikologi (Brown , 1986) dan Anti-Semitisme adalah, sedih untuk mengatakan, tradisi Eropa lama dan sangat populer. Tampaknya ada kebenaran yang cukup besar dalam pandangan bahwa Nazi, dalam hal itu, hanya menerapkan kebijakan Jerman.
Meski demikian, tidak diragukan lagi Hitler lebih terobsesi terhadap orang-orang Yahudi melebihi kebiasaan umum. Apa yang membuatnya begitu terobsesi? Alasan apa yang membuatnya MENJADI antisemitisme? Mein Kampf tidak dapat diandalkan sebagai sejarah objektif tetapi ada sedikit keraguan bahwa itu sejarah psikologis yang baik – yaitu merekam sejarah Hitler sendiri sebagai orang yang pernah melihatnya. Dan apa yang dia katakan itu saat dirinya ada di Linz – di mana dia dibesarkan – ada beberapa orang Yahudi dan dia melihat mereka pada waktu itu tidak berbeda dengan orang Jerman lainnya. Jadi, ketika dia pindah ke Wina dia merasa ngeri pada antisemitisme yang dilakukan banyak pers Wina. Seperti yang dia katakan dalam Mein Kampf :
“Bagi saya, menandai orang Yahudi bukan dari apa-apanya kecuali agamanya, dan oleh karena itu, atas dasar toleransi manusia, dalam kasus ini saya tetap menolak melakukan serangan terhadap agama seperti pada orang lain. Akibatnya, yang mereka suarakan, terutama dari pers anti-Semit Wina, bagi saya sepertinya tidak layakmenjadi tradisi budaya bangsa yang besar”.
Itu awal yang cukup aneh untuk pria yang menjadi antisemite terbesar dalam sejarah, bukan? Jadi harus ada kekuatan yang lebih besar untuk membawa perubahan yang radikal terhadap dirinya. Dan kekuatan besar itu tidak lain adalah bagian dari hubungan “cinta” yang ada antara Hitler dan kebanyakan orang Jerman di bawah pemerintahannya. Sebagaimana pembaca Mein Kampf harus menyadari, buku ini sebagian besar merupakan lagu cinta kepada orang-orang Jerman. Dan bahwa sebagian besar rakyat Jerman menemukan kembali rasa cinta yang agak jelas di bawah kepemimpinan Hitler dan kemudian terjebak di sebuah akhir yang pahit – lama setelah itu masuk akal untuk dilakukan. Bandingkan Jerman tahun 1945 dengan kerusuhan di Jerman tahun 1918 sebelum menyerah; jatuhnya perlawanan di Rusia Barat dan Ukraina pada tahun pertama invasi Jerman. Runtuhnya Belanda, Belgia, Denmark, Norwegia, Ceko dan Perancis di bawah invasi Jerman atau runtuhnya perlawanan Italia di bawah invasi Sekutu.
Both Roberts (1938) dan Heiden (1939) – penulis sebelum perang anti-Nazi – menggambarkan Hitler sebagai sosok yang dihormati secara luas dan populer dalam kehidupan sehari-hari orang Jerman. Sebagaimana Heiden (1939, hal. 98) mengatakan: “Kerumunan massa yang besar tidak hanya menganut Sosialisme Nasional. Mereka menyambutnya”. Dan Madden (1987) menyajikan bukti ilmiah modern yang berasal dari penelitian arsip untuk menunjukkan bahwa sebagaian besar Nazi berasal dari semua kelas sosial.
Rasa cinta yang terus-menerus dinyatakan rakyat kepada Hitler dan kepercayaan terhadap kebesaran mereka membuatnya harus mendapatkan cinta. Kepercayaan mereka sama sekali tidak mengejutkan tapi sangat ketinggalan zaman untuk menyebutkan itu. Sebuah buku yang baru dirilis di Jerman, bagaimanapun, membuat beberapa referensi untuk itu. Kutipan dari review itu:
“Seorang sejarawan Jerman yang dihormati memiliki teori baru yang radikal untuk menjelaskan pertanyaan yang mengganggu: Mengapa rata-rata orang Jerman begitu sungguh-sungguh mendukung Nazi dan Reich Ketiga? Hitler, kata Goetz Aly, adalah seorang “diktator yang terasa baik,” seorang pemimpin yang tidak hanya membuat Jerman merasa penting, tetapi juga memastikan mereka memiliki perhatian yang baik terhadap negara. Untuk melakukannya, dia memberi mereka keringanan pajak dan memperkenalkan manfaat besar hubungan sosial yang bahkan saat ini menjadi jangkar dalam bermasyarakat.
Dia juga memastikan bahwa, bahkan pada hari-hari terakhir perang Jerman, tidak satu orang pun kelaparan. Meskipun perang hampir konstan, tidak pernah sekalipun selama 12 tahun kekuasaannya Hitler menaikkan pajak untuk orang-orang kelas pekerja. Dia juga – yang sangat kontras selama Perang Dunia I – khususnya tentara dan keluarga mereka dimanjakan, menawarkan mereka gaji lebih dari dua kali lipat dan tunjangan sebagaimana yang diterima keluarga Amerika dan Inggris. Dengan demikian, sebagian besar orang Jerman melihat Nazisme sebagai pelindung yang “ramah tamah”, kata Aly, penulis buku baru “Hitler’s People’s State: Robbery, Racial War and National Socialism” dan saat ini menjadi dosen tamu di University of Frankfurt.”
Saya cenderung berpandangan bahwa cinta Hitler kepada rakyat Jerman tulus. Tapi, benarkah setulus itu? Ada satu masalah besar dengan itu – Jerman pada awal karir politik Hitler, segera setelah Perang Dunia I, sedang berada di ujung tanduk. Sebuah perang saudara antara “Reds” dan orang Jerman lainnya adalah sangat mungkin terjadi pada saat itu . Bagaimana bisa Anda menyukai orang-orang yang membenci satu sama lain? Bagaimana bisa Anda menyukai orang-orang yang tidak satu pun dianggap penting? Itu sebuah dilema besar yang harus dipecahkan Hitler. Dan kita lihat dari Mein Kampf bagaimana dia memecahkan itu:
Meskipun ia adalah seperti kebanyakan pemikir tingkat kedua di Jerman pada zamannya, banyak dipengaruhi oleh ide-ide Marx dan Engels. Hitler membenci “class war” yang merusak dan memecah belah dalam aspek pemikiran Marx. Dan ketika dia menemukan bahwa hampir setiap pengkhotbah pertentangan kelas Marxis – yang dia temui di Wina – adalah orang Yahudi, dia mulai melihat orang-orang Yahudi sebagai ancaman kehancuran orang-orang Jerman yang dicintainya. Jadi apa yang kemudian dilihat dari kondisi Jerman yang begitu anarkis segera setelah Perang Dunia I sekarang bisa dijelaskan secara memuaskan: Itu adalah tindakan non-Jerman – Yahudi. Yang menciptakan perpecahan di antara orang-orang Jerman dengan pemberitaan tentang perang kelas adalah orang-orang yahudi. Jerman hanya bereaksi karena mereka ditipu oleh orang luar.
Yahudi adalah kambing hitam atas perpecahan Jerman sama seperti mereka telah menjadi kambing hitam bagi banyak masalah sepanjang sejarah. Dan itu dapat dicatat bahwa Hitler menjelaskan konversi antisemitisme sebagai “pergolakan rohani yang besar” – yaitu dia meninggalkan pandangan sebelumnya “kosmopolitan” (toleran) dengan keengganan besar. Itu hanya rasa cinta romantis semi-imajinernya orang-orang Jerman (Volk) yang membawa perubahan besar dalam pandangannya.
Dalam pidato yang disampaikan di Sportpalast Berlin, lama setelah diangkat Kanselir pada 1 Februari 1933, Hitler menyimpulkan pemikirannya tentang Volk Jerman dengan karakteristik gairahnya sebagai berikut:
“Selama empat belas tahun bangsa Jerman telah berada di belas kasihan elemen dekaden yang telah menyalahgunakan kepercayaan. Selama empat belas tahun unsur-unsur tidak melakukan apa-apa selain menghancurkan, disintegrasi dan terpuruk. Oleh karena, itu bukanlah keberanian atau anggapan jika, tampil di depan bangsa saat ini, saya bertanya: bangsa Jerman, memberi kita waktu empat tahun, setelah itu Anda dapat menghadapkan kami ke pengadilan Anda dan Anda bisa menilai saya !….
“Aku tidak bisa melepaskan diri dari imanku pada rakyatku, atau kehilangan keyakinan bahwa orang-orang ini akan menyadarkan lagi satu hari. Aku tidak bisa memisahkan diri dari cinta orang-orang yang aku lihat seperti diriku sendiri. Dan aku memelihara keyakinan bahwa waktu akan datang ketika jutaan orang yang kini mengutuk kita, mereka akan berdiri di belakang kita untuk menyambut Reich baru, apa yang kita ciptakan bersama lahir dari perjuangan yang menyakitkan dan melelahkan dan dengan kemenangan – Reich yang merupakan simbol kebesaran, kehormatan, kekuatan, kejujuran dan keadilan.”
Rasa cintanya kepada rakyat Jerman dan keyakinannya bahwa mereka telah disesatkan yang secara fasih dinyatakan ada – dan pada tahap bahwa tidak seorangpun meragukan yang dia pandang sebagai “elemen dekaden”.
Sayangnya, bagaimanapun, pandangan anti-Yahudi Hitler yang begitu biasa-biasa saja di Jerman pada zamannya membuatnya dikenal sebagai pemimpin paling kejam di dunia di mata umum. Sebagaimana yang rata-rata diketahui rakyat Jerman, Hitler hanya menjalankan sebuah Pogrom. Rusia melakukannya sepanjang waktu, bukan? Itu menjadi pemuliaan nasional Hitler dan kebijakan sosialis yang benar-benar menarik dan atraktif.
Secara konvensional diketahui asal-usul permusuhan Hitler terhadap orang Yahudi adalah karena merasa sakit hati ditolak masuk Vienna Art Academy (dimana orang-orang Yahudi begitu menonjol). Tapi itu tidak termasuk dari apa yang dia katakan di Mein Kampf. Dia bahkan tidak menyebutkan kata “Yahudi” dalam kaitannya dengan Akademi. Dia mengatakan bahwa Rektor menolaknya dari sekolah lukis karena bakat dan minat utamanya adalah dalam arsitektur – keputusan yang diterima dengan lapang dada oleh Hitler!
Akhirnya, perlu dicatat bahwa banyak retorika Hitler tentang orang Yahudi didasarkan pada asumsi yang sama persis bahwa Kaum Kiri hari ini dalam berbicara digunakan tentang hal-hal rasial. Tindakan afirmatif para prajurit fanatic saat itu terhadap perwakilan proporsional . Mereka terus-menerus mengklaim bahwa proporsi (katakanlah) kulit hitam pada populasi umum harus tercermin di mana-mana di setiap pekerjaan dan di setiap lembaga.
Jika ada sebagian kecil (katakanlah ) kulit hitam di perbankan daripada populasi umum, ini bisa diambil sebagai bukti adanya diskriminasi terhadap kulit hitam di perbankan. Hitler menggunakan argumen yang sama tentang orang-orang Yahudi. Sebagaimana mereka di Amerika saat ini, orang-orang Yahudi di Jerman sebelum perang sangat banyak yang menduduki eselon atas masyarakat Jerman. Jadi, Hitler memandang secara sistematis Jerman sedang dikuasai oleh Yahudi. Oleh karena itu, dia mulai menyebar intrik terhadap Yahudi agar mereka keluar dan tidak menguasai Jerman.
Jika Hitler tidak berpikir logis tentang itu, maka Kaum Kiri bisa menguasai Jerman atauh bahkan dunia saat ini. Dan ternyata keluhan tentang Yahudi selama di tingkat universitas di AS yang melakukan kerusuhan pada tingkat rendah di antara Kaum Kiri. “Semakin banyak hal berubah, semakin mereka tetap sama”.
33 Fakta Penting tentang Holocaust
Apa Holocaust itu?
Holocaust dimulai pada tahun 1933 ketika Adolf Hitler berkuasa di Jerman dan berakhir pada tahun 1945 ketika Nazi dikalahkan oleh Sekutu.
Istilah “Holocaust” berasal dari kata Yunani “holokauston” yang berarti “pengorbanan oleh api”, mengacu pada penganiayaan Nazi dan pembantaian yang direncanakan kepada orang Yahudi . Kata Ibrani “Shoah” yang berarti “kehancuran, merusak, atau limbah” juga digunakan untuk genosida ini.
Selain orang-orang Yahudi, target penganiayaan Nazi adalah Gipsi, homoseksual, Saksi-Saksi Yehuwa, dan orang cacat . Siapapun yang menolak Nazi akan dikirim ke kamp kerja paksa atau dibunuh.
Istilah “Nazi” adalah singkatan dari ” Nationalsozialistishe Deutsche Arbeiterpartei ” ( “Partai Sosialis Nasional Pekerja Jerman”).
Nazi menggunakan istilah “Solusi Akhir” untuk merujuk kepada rencana mereka membunuh orang-orang Yahudi .
Jumlah Terbesar
Diperkirakan 11 juta orang tewas selama Holocaust. Enam juta dari mereka adalah orang Yahudi.
Nazi membunuh sekitar dua-pertiga dari semua orang Yahudi yang tinggal di Eropa.
Diperkirakan 1,1 juta anak-anak dibunuh dalam Holocaust.
Permulaan Penganiayaan
Pada tanggal 1 April 1933, Nazi menghasut aksi pertama mereka melawan Yahudi Jerman dengan mengumumkan boikot semua bisnis yang dikelola Yahudi.
The Nuremberg Laws , sebuah isu yang dikeluarkan pada tanggal 15 September 1935, dimulai untuk mengecualikan orang-orang Yahudi dari kehidupan publik. The Nuremberg Laws termasuk undang-undang yang melucuti kewarganegaraan Jerman bagi orang Yahudi dan hukum larangan pernikahan dan seks di luar nikah antara orang Yahudi dan Jerman. The Nuremberg Laws menetapkan preseden hukum untuk undang-undang anti-Yahudi lebih lanjut.
Nazi kemudian mengeluarkan tambahan hukum anti-Yahudi selama beberapa tahun ke depan. Sebagai contoh, beberapa undang-undang yang melarang Yahudi masuk ke tempat-tempat tertentu seperti taman, memecat mereka dari pekerjaan layanan sipil (yaitu pekerjaan di pemerintahan ), mengharuskan orang-orang Yahudi mendaftarkan properti mereka, dan mencegah dokter Yahudi menangani atau bekerja untuk orang lain selain pasien Yahudi.
Selama malam hari pada 9-10 November 1938, Nazi menghasut sebuah pogrom melawan Yahudi di Austria dan Jerman pada apa diberi nama “Kristallnacht” (“Malam Kaca Pecah”). Ini adalah malam kekerasan termasuk penjarahan dan pembakaran rumah-rumah ibadat, memecahkan jendela usaha milik Yahudi, penjarahan toko-toko, dan banyak orang Yahudi diserang secara fisik. Juga, sekitar 30.000 orang Yahudi ditangkap dan dikirim ke kamp-kamp konsentrasi.
Setelah Perang Dunia II dimulai pada tahun 1939, Nazi mulai memerintahkan orang Yahudi untuk memakai “yellow Star of David” (Bintang kuning Daud) pada pakaian mereka sehingga Yahudi bisa dengan mudah dikenali dan ditargetkan .
Ghetto
Setelah Perang Dunia II dimulai, Nazi mulai memerintahkan semua orang Yahudi untuk hidup dalam zona tertentu, sangat spesifik, daerah kota-kota besar, yang disebut ghetto.
Yahudi dipaksa keluar dari rumah mereka dan dipindah ke apartemen yang lebih kecil, seringnya berbagi dengan keluarga lain.
Beberapa ghetto dimulai dengan “terbuka”, yang berarti bahwa orang-orang Yahudi bisa meninggalkan daerah selama siang hari tetapi sering harus kembali dalam ghetto dengan jam malam. Kemudian, semua ghetto “ditutup”, yang berarti bahwa orang-orang Yahudi terjebak dalam batas-batas ghetto dan tidak diperbolehkan untuk meninggalkan tempat tersebut.
Beberapa ghetto utama terletak di kota Bialystok, Kovno, Lodz, Minsk, Riga, Vilna, dan Warsawa.
Ghetto terbesar berada di Warsawa, dengan populasi tertinggi mencapai 445.000 pada Maret 1941.
Dalam kebanyakan ghetto, Nazi memerintahkan orang Yahudi untuk mendirikan Judenrat (dewan Yahudi) untuk dua kepentingan taitu mengelola tuntutan Nazi dan mengatur kehidupan internal ghetto.
Nazi kemudian akan memesan deportasi dari ghetto. Dalam beberapa ghetto besar, per hari 1.000 orang dimuat di kereta api dan dikirim ke salah satu kamp konsentrasi atau kamp kematian.
Agar mau bekerja sama dan menurut, Nazi mengatakan kepada orang-orang Yahudi mereka sedang diangkut ke tempat lain sebagai tenaga kerja.
Ketika Nazi memutuskan untuk membunuh orang-orang Yahudi yang tersisa di ghetto, mereka akan “melikuidasi” ghetto bersama orang Yahudi terakhir yang masih ada di asrama dengan kereta api.
Ketika Nazi berusaha untuk melikuidasi Ghetto Warsawa pada 13 April 1943, orang-orang Yahudi yang tersisa berjuang melakukan perlawanan yang kemudian dikenal dengan Warsaw Ghetto Uprising (Pemberontakan Ghetto Warsawa). Pejuang perlawanan Yahudi melawan rezim Nazi bertahan selama 28 hari – lebih lama daripada perlawanan terhadap penalklukan Nazi di banyak negara Eropa lainnya.
Konsentrasi dan Pembasmian Kamp
Meskipun banyak orang menyebut semua kamp Nazi sebagai “kamp konsentrasi”, sebenarnya ada beberapa jenis kamp, termasuk kamp konsentrasi, kamp-kamp pemusnahan, kamp kerja paksa, kamp tawanan perang, dan kamp transit.
Salah satu kamp konsentrasi pertama adalah Dachau, yang dibuka pada tanggal 20 Maret 1933.
Dari 1933 sampai 1938, sebagian besar tahanan di kamp konsentrasi adalah tahanan politik (yaitu orang yang bicara atau tindakannya melawan Hitler atau Nazi) dan orang-orang Nazi memberi label kepada mereka sebagai “asosial”.
Setelah Kristallnacht pada tahun 1938, penganiayaan terhadap orang-orang Yahudi menjadi lebih terorganisir. Hal ini menyebabkan peningkatan eksponensial dalam jumlah orang Yahudi yang dikirim ke kamp konsentrasi.
Hidup dalam kamp konsentrasi Nazi sangat mengerikan. Tahanan dipaksa melakukan kerja fisik yang berat dan belum diberi ransum kecil. Tiga tahanan atau lebih tidur beramai-ramai di per satu susun kayu (tidak ada kasur atau bantal). Penyiksaan dalam kamp konsentrasi umum dilakukan dan sering terjadi kematian.
Di sejumlah kamp konsentrasi Nazi, dokter Nazi melakukan eksperimen medis terhadap para tahanan tanpa persetujuan korban.
Saat kamp konsentrasi itu dimaksudkan untuk pekerja melakukan kerja paksa dan kelaparan sampai mati, kamp-kamp pemusnahan (juga dikenal sebagai kamp-kamp kematian) dibangun untuk tujuan tunggal yaitu membunuh kelompok dalam jumlah besar dengan cepat dan efisien.
Nazi membangun enam kamp pemusnahan: Chelmno, Belzec, Sobibor, Treblinka, Auschwitz, dan Majdanek. (Auschwitz dan Majdanek memiliki fungsi ganda sebagai kamp konsentrasi dan kamp pemusnahan).
Tahanan tersebut diangkut ke kamp-kamp pemusnahan dan disuruh menanggalkan pakaian untuk mandi. Bukannya ke kamar mandi, para tahanan digiring ke kamar gas dan dibunuh. ( di Chelmno, para tahanan digiring ke mobil gas bukan kamar gas).
Auschwitz adalah kamp konsentrasi dan kamp pemusnahan terbesar yang dibangun. Diperkirakan 1,1 juta orang tewas di Auschwitz. (*)
Sumber: Artikel ini diposting di Majorityrights.com 24 Juni 2005 dengan judul asli “Why Hitler hated Jews”)
References:
Brown, R.(1986) Social psychology (2nd. Ed.) N.Y.: Free Press. Harper Dietrich, D.J. (1988) National renewal, anti-Semitism, and political continuity: A psychological assessment. Political Psychology 9, 385-411. Heiden, K. (1939) One man against Europe Harmondsworth, Mddx.: Penguin Madden, P. (1987) The social class origins of Nazi party members as determined by occupations, 1919-1933. Social Science Quarterly 68, 263-280. Roberts, S.H. (1938) The house that Hitler built N.Y.: Harper.
About.com
Comentários