top of page

Dos Hermanos, Cerutu Rasa Indonesia Kualitas Dunia



CERUTU memang identik dengan Kuba atau negara-negara Karibia. Mulai tokoh revolusioner Che Guevara hingga Presiden Videl Castro di Kuba hampir selalu terlihat menghisap cerutu. Cerutu juga identik dengan tokoh-tokoh mafia. Misalnya, dalam film Godfather I. Kita lihat bagaimana Marlon Brandomengisap cerutu dalam pertemuan-pertemuan khusus dengan kerabat ataupun keluarga. Bahkan, jauh sebelum itu, cerutu dikenal sejak Christoper Columbus menginjakkan kaki kali pertamadi Cuka pada 1492.


Namun, kini cerutu bukan hanya monopoli negara-negara Karibia, Amerika Latin, maupun Eropa. Indonesia juga menjadi salah satu negara produsen cerutu yang layak diperhitungkan. Semua berawal dari Belanda. Setelah masuk ke Indonesia pada era pra kemerdekaan, Belanda menularkan cigar culture. Selain membawa cerutu dari Eropa dan negera-negara Amerika Latin, Belanda membudidayakan tembakau di Indonesia,terutama di Deli (Sumatera Utara) dan Besuki (Jawa Timur). Sampai kini dua wilayah itu dikenal sebagai penghasil tembakau berkualitas tinggi.


Dari situ, beberapa pabrik cerutu mulai berdiri, dan tentu saja pabrik rokok. Namun, kini tak banyak lagi pabrik cerutu yang eksis. Di antara pabrik yang masih eksis adalah PD Tarumartani,perusahaan milik keluarga Kraton Yogyakarta. Bandingkan dengan pabrik rokok seperti Djarum, Gudang Garam, atau Dji Sam Soe yang mendunia dan menyumbang pemasukan besar bagi negara.


Merek cerutu Indonesia yang kini mendunia juga keluaran pabrik rokok, bukan pabrik cerutu. Sebut saja Wismilak dan Dos Hermanos. Dua merek ini pun bukan berasal dari tradisim lama. Cerutu diproduksi kembali setelah melihat peluang pasar yang menjanjikan. Dan, itu dilakukan PT Djarum.


Setelah melakukan serangkaian risetdi Honduras dan Amerika Serikat, PT Djarum memproduksi cerutupada Mei 1977. Cerutu long fillercigars berstandar internasional adalah produk perdananya. Cerutu ini membidik segmen ekspartriat (pekerja asing) di Indonesia. Selain itu, kalangan eksekutif mapan di Indonesiamenjadi target pemasaran produk yang sebelumnya lebih banyak untuk pasar ekspor tersebut.


Ternyata, kualitas dan rasa cerutu yang stabil ini tidak kalah dengan premium cigars yang lain.Oleh karena itu, gulungan tembakau asal Kudus tersebut diterima di mancangera. Sebut saja Amerika, Belanda, Belgia, Jerman, Singapura,dan beberapa negara lainnya. Khusus Asean, masyarakatnya cenderung memilih short filter dengan merek Gold Seal dan kini mulai dipasarkan di dalam negeri.


Dos Hermanos yang Mendunia


Cerutu di setiap belahan dunia memang memiliki cita rasa tersendiri. Misalnya, cerutu Dominika, butuh terbakar sampai dua inchi baru keluar rasanya yang khas.  Cerutu juga tidak dibuat dari tembakau sembarangan. Setelah panen, dua tahun kemudian tembakau baru bisa dijadikan cerutu. Daun tembakau harus difermentasi dahulu barulah siap digulung menjadi cerutu.


Di Kuba, cerutu digulung dengan tangan dan di Belanda digulung dengan mesin. Untuk menjaga kualitas tembakau, cerutu harus disimpan dalam temperatur 20 derajat Celsius dengan kelembaban 70 persen.


Dan, cerutu Dos Hermanos diakui dunia sebagai cerutu berkelas. Nama Dos Hermanos sendiri sebenarnya baru dipakai pada September 1999 untuk pasar Indonesia. Namun, produk ini juga disukai para turis asing. Bahkan, mereka sering membawanya ke mancanegara sebagai cinderamata asal Indonesia. Kualitas Dos Hermanos, cerutu premium pencampuran antara tembakau Brasil dan Indonesia, pun diakui dunia dengan dimasukkan dalam rating bergengsi dari majalah Cigar Afficionado.


Pada 2010 lalu, Dos Hermanos juga ikut memeriahkan festival cerutu internasional bertajuk ‘XII Festival Habano’ di Palacio de los Convenciones, Havana, Kuba.  Dalam acara ini, para penikmat cerutu di Kuba atau Club de Fumadores de Cubaikut menjajal cerutu asal Indonesia lainnya seperti Wismilak, Sultan, Tambo, dan Gold Seal (cerutu mini). (*)

31 views0 comments
bottom of page